Rabu, 01 Juni 2011

Mengubah utang menjadi aset

Utang bukanlah sesuatu yang buruk bila dilakukan dengan cara yang tepat. Utang adalah sesuatu yang buruk jika tidak mengetahui perbedaan utang baik dengan utang buruk, tidak mampu mengatasi utang buruk dan tidak dapat membedakan liabilitas dengan aset. Kemampuan mengatasi utang buruk dan memahami perbedaan-perbedaan tersebut dapat mengubah utang menjadi aset.



Memahami perbedaan utang baik dengan utang buruk

Seorang peminjam (debitur) yang baik adalah debitur yang mengetahui perbedaan utang baik (good debt) dengan utang buruk (bad debt). Utang baik adalah utang yang terjangkau angsurannya dan angsurannya dibayarkan oleh orang lain, sedangkan utang buruk adalah utang yang tidak terjangkau angsurannya dan dibayar dari aset pemiliknya. Utang baik dipergunakan untuk keperluan produktif yang mendatangkan penghasilan, sedangkan utang buruk adalah utang yang dipergunakan untuk keperluan konsumtif yang tidak mendatangkan penghasilan atau pemasukan..

Utang baik adalah utang yang terjangkau angsurannya karena besar angsurannya hanya sepersekian dari penghasilan kita atau biasanya kurang dari sepertiga penghasilan kita. Ketepatan dalam menentukan besar angsuran akan menentukan kelancaran dalam membayar atau melunasi pinjaman. Pihak pemberi pinjaman (kreditur) biasanya akan meminta informasi penghasilan yang dimiliki calon debitur yang mengajukan permohonan pinjaman agar bisa menentukan jumlah angsuran yang tepat. Penentuan besar angsuran pinjaman yang tepat tidak akan mengganggu aset yang kita miliki.

Utang buruk adalah utang yang tidak terjangkau angsurannya karena besar angsurannya jauh diatas kemampuan membayar kita. Jumlah angsuran yang terlampau besar atau di atas kemampuan membayar akan menyulitkan kita dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur. Hambatan dalam membayar angsuran pembayaran pinjaman berpotensi menjadi kredit macet yang berakibat pada penyitaan barang yang kita miliki. Utang buruk mengakibatkan berkurangnya aset yang kita miliki karena sebagian dipergunakan untuk menyelesaikan kewajiban pembayaran utang.

Utang baik adalah utang yang angsurannya dibayarkan oleh orang lain atau angsurannya dibayarkan dari penghasilan yang diperoleh uang pinjaman tersebut. Utang untuk membeli rumah yang difungsikan sebagai rumah kontrakan akan mendatangkan uang sewa dan sewanya dapat dipergunakan untuk membayar angsuran pinjaman kepada kreditur. Utang untuk membeli mobil rental akan menghasilkan uang sewa yang dapat dipakai untuk membayar angsuran pinjaman kepada kreditur.

Kedua contoh tersebut menggambarkan bahwa utang kita bukan dibayar oleh aset kita, tetapi dibayar oleh orang lain yang menyewa rumah atau mobil kita. Untuk menjamin utang tersebut dibayar oleh orang lain dan mendatangkan aset, maka rumah atau mobil kita harus menghasilkan pemasukan melebihi jumlah angsuran kepada kreditur. Besar uang sewa harus mempunyai selisih yang cukup besar agar dapat dipergunakan untuk membayar angsuran, membiayai pemeliharaan dan sebagian menjadi aset.

Utang buruk adalah utang yang angsurannya dibayar dari aset milik kita, dari penghasilan kita atau ada juga yang membayar angsuran utang dengan uang pinjaman dari kreditur yang lain alias gali lubang tutup lubang. Utang yang demikian itu tidak akan menambah aset kita, bahkan justru akan mengurangi aset yang sudah kita miliki.

Mengatasi utang buruk

Utang baik adalah utang yang dilakukan untuk keperluan produktif, misalnya membeli barang-barang produktif seperti rumah dan tanah untuk dikontrakan, mobil atau sepeda motor untuk disewakan, alat elektronik atau alat elektronik atau alat rumah tangga untuk usaha rental dan sebagainya. Barang-barang produktif tersebut akan mendatangkan penghasilan dalam bentuk uang sewa. Semakin banyak barang produktif yang dimiliki akan semakin banyak mendatangkan aset.

Utang buruk adalah utang yang dipergunakan untuk keperluan konsumtif yang tidak mendatangkan pemasukan. Utang untuk membeli rumah besar guna mengganti rumah yang selama ini ditempatinya atau utang untuk membeli mobil mewah guna mengganti mobil atau sepeda motor yang selama ini dikendarainya adalah contoh utang buruk yang sering dilakukan orang. Kepemilikan barang-barang tersebut tidak mendatangkan pemasukan tetapi malah memperbesar pengeluaran yang dipastikan akan mengurangi aset yang kita miliki.

Utang dalam bentuk kartu kredit (credit cards) yang melampui batas adalah salah satu contoh utang buruk. Utang tersebut umumnya diperuntukan bagi utang-utang konsumtif dan jarang sekali untuk utang-utang produktif. Utang konsumtif dalambentuk kartui kredit atau dalam bentuk apapun harus segera diselesaikan.

Kalau kita terlanjur memiliki utang buruk dalam bentuk kartu kredit segera lunasi semua tagihan. Gunting semua kartu kredit yang kita milki kecuali satu atau dua kartu kredit yang masih kita perlukan. Kalau tidak mampu membayar semua tagihan, terlebih dahulu kita lunasi salah satu kartu kredit yang terjangkau untuk dilunasi, sedangkan kartu kredit yang lain kita bayar tagihan minimalnya saja. Dengan cara seperti ini satu per satu utang kartu kredit akhirnya dapat diselesaikan.

Memahami perbedaan liabilitas dengan aset

Seringkali orang menyamakan liabilitas (liability) dengan aset (assets) karena utang nampak seolah-olah sebagai aset. Sesungguhnya kedua hal itu sangat berbeda, karena utang adalah liabilitas yang mendatangkan pengeluaran, sedangkan aset adalah sesuatu yang mendatangkanpenghasilan atau memberikan pemasukan.

Rumah besar, mobil mewah, atau perangkat elektronik canggih dinilai sebagai aset kendati dibeli dengan uang pinjaman, padahal barang-barang tersebut adalah liabilitas. Rumah besar, mobil mewah atau perangkat elektronik canggih bukan aset karena tidak memberikan pemasukan kepada kita, bahkan mendatangkan pengeluaran dalam bentuk hipotek, biaya operasional, pemeliharaan, pajak, asuransi, bunga, denda dan sebagainya.

Barang-barang yang kita beli dengan uang pinjaman membuat kita seolah-olah memiliki banyak aset, padahal barang-barang tersebut sesungguhnya adalah aset milik pemberi pinjaman (kreditur). Rumah besar, mobil mewah atau barang elektronik canggih akan disita oleh kreditur kalau kita lalai dalam memenuhi kewajibannya sebagai peminjam (debitur). Semakin banyak barang-barang yang kita miliki dengan jalan berutang, semakin besar liabilitas kita sementara aset kita justru semakin kecil.

Memahami perbedaan liabilitas dengan aset

Seringkali orang menyamakan liabilitas (liability) dengan aset (assets) karena utang nampak seolah-olah sebagai aset. Sesungguhnya kedua hal itu sangat berbeda, karena utang adalah liabilitas yang mendatangkan pengeluaran, sedangkan aset adalah sesuatu yang mendatangkan penghasilan atau memberikan pemasukan.

Rumah besar, mobil mewah, atau perangkat elektronik canggih dinilai sebagai aset kendati dibeli dengan uang pinjaman, padahal barang-barang tersebut adalah liabilitas. Rumah besar, mobil mewah atau perangkat elektronik canggih bukan aset karena tidak memberikan pemasukan kepada kita, bahkan mendatangkan pengeluaran dalam bentuk hipotek, biaya operasional, pemeliharaan, pajak, asuransi, bunga, denda dan sebagainya.

Barang-barang yang kita beli dengan uang pinjaman membuat kita seolah-olah memiliki banyak aset, menjadi orang kaya raya, padahal barang-barang tersebut sesungguhnya adalah aset milik pemberi pinjaman. Rumah besar, mobil mewah atau barang elektronik canggih akan disita oleh kreditur kalau kita lalai dalam memenuhi kewajibannya sebagai debitur. Semakin banyak barang-barang yang kita miliki dengan jalan berutang, semakin besar liabilitas kita sementara aset kita justru semakin kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar